Sabtu, 31 Juli 2010

blondelle si balerina kecil

Di sebuah sudut kota paris, perancis. Pada saat musim semi dimana bunga-bunga dengan semburat warna-warni yang cantik bermekaran dan memenuhi seluruh kota. Semua orang sangat bahagia, hati mereka secerah bunga-bunga yang memesona. Tak terkecuali Blondelle, gadis kecil berambut pirang yang selalu ceria.
“halo, blondelle kecil. Mau kemana?” Tanya bibi adelle
“halo, bibi cantik. Aku mau menyusul ibu ke café, lalu kami mau menonton pertunjukan opera” jawab blondelle.
“wah wah, menyenangkan sekali. Salam untuk ibumu, sayang. Hati-hati di jalan. Selamat bersenang-senang” kata bibi adelle.
“akan kusampaikan salam darimu, bibi. Sampai jumpa” sahut blondelle sembari tersenyum kepada bibi adelle.
Blondelle terus berjalan, melewati pasar kecil yang menjual berbagai macam buah-buahan yang ranum, sayur-mayur yang segar, dan penganan kecil yang manis-manis. Lalu blondelle mampir ke sebuah kedai yang menjual crepes. Ia membeli dua buah crepe dengan isi buah strawberry dan sirup maple untuk ibunya dan dirinya sendiri. Setelah itu, ia meneruskan kembali perjalanannya ke café.
Sampailah blodelle ke sebuah bangunan kecil berwarna kecoklatan. Dimana banyak para eksekutif muda atau wanita karier yang sedang menghabiskan sore mereka dengan menyantap cake cokelat dan latte. Ada juga wanita-wanita peruh baya yang gemar sekali membeli cappuccino hangat dan cheese cake sembari bercengkrama mengungkapkan kepenatan dan kehangatan masa senja mereka.
“hai paman joseph. Bagaimana kabarmu?” sapa blondelle kepada paman joseph.
“hai gadis pirang kecilku. Aku baik-baik saja, seperti dirimu. Oya, pasti kau kemari ingin menjemput ibumu ya?” kata paman joseph.
“ya paman, kami akan menonton opera sore ini” jawab blondelle.
“temuilah ibumu di belakang, blondelle. Ia sedang memanggang cream brulle” kata paman joseph.
“baiklah paman, terimakasih” jawab blondelle.
Blondelle masuk ke sebuah ruangan yang penuh dengan semerbak aroma roti dan cake yang sedang dipanggang diatas tungku panas. Ada cake cokelat, cream brulle, cheese cake, dan banyak lagi. Dilihatnya sang ibu yang sedang mengangkat sebuah Loyang besar berisikan 20 buah cup cream brulle yang asapnya masih mengepul diatasnya. Hmm…wangi sekali.
“hai, bu. Boleh kubantu mengangkat Loyang-loyang ini?” Tanya blondelle.
“tidak perlu, anakku. Loyang ini sangat panas dan berat. Kau pasti tak sanggup mengangkatnya” jawab ibu.
“baiklah. Kita jadi menonton opera kan, bu?” Tanya blondelle.
“tentu saja, sayang. Sebentar ya, ibu ganti pakaian dahulu” sahut ibu.
Blondelle lalu duduk di sebuah bangku kayu sambil melahap cream brulle pemberian ibunya. Ya, blondelle suka sekali dengan cream brulle karena teksturnya yang lembut dan rasanya yang manis. Lalu tidak lama kemudian, sang ibu keluar dan menggadengnya ke tempat pertunjukkan opera.
“bu, aku sudah membeli crepes ini untuk kita makan saat pertunjukkan dimulai” kata blondelle.
“wah, terimakasih sayang. Ini pasti enak sekali” sahut sang ibu.
Sampai sudah mereka di sebuah ballroom besar nan megah, rupanya seperti istana negeri dongeng. Lalu blondelle dan sang ibu masuk ke sebuah ruangan besar yang penuh dengan deretan kursi panjang dan sebuah panggung dengan dekorasi yang cantik didepannya. Blondelle terlihat sangat gembira dan tak sabar untuk melihat aksi panggung para pelakon drama tersebut.
“bu, kapan pertunjukkan operanya dimulai?” Tanya blondelle.
“sebentar lagi, nak. Sabarlah” jawab ibu.
Lalu tak lama kemudian, lampu ruangan dimatikan. Para pemain drama pun satu persatu naik ke atas panggung. Astaga kostum mereka indah sekali. Oya, mereka akan mementaskan cerita swan lake princess. Lampu-lampu pun di matikan dan yang menyala hanya lampu sorot di panggung. Opera tersebut di mainkan selama 2 jam lamanya. Blondelle kagum melihat para pemain yang bermain drama, dan Blondelle kagum melihat yang menjadi ballerina kecil di drama tersebut. Drama pun telah selesai, lalu para penonton keluar dari area berdesak-desakan.
“ibu, aku mau menjadi ballerina kecil, seperti pemain anak kecil yang tadi, sungguh indah menari nya” tiba-tiba blondelle berkata kepada ibunya.
“apa kau yakin ingin kusus ballet ?” Tanya ibu tegas.
“tentu saja serius, sungguh, malah dua rius, aku ingin sekali kursus ballet,agar seperti anak yang bermain drama tadi, boleh ya bu ?!” blondelle memohon ke ibunya.
“tentu saja sayang, aku juga ingin melihat anakku mahir menari ballet, kau pasti akan terlihat sangat cantik, mengenakan gaun satin pink dan sepatu ballet yang berwarna lembut” sahut ibu.

Sesampainya ibu dan blondelle di rumah, rumah blondelle sangat luas dan ada sebuah taman yang lebar dan penuh dengan bunga warna-warni, di taman itu ada sebuah sangkar kecil, yang di huni oleh dua ekor burung merpati berwarna putih. Di sana ada dua kursi kecil dan meja yang berukuran sesuai kursinya.
“tok,tok,tok” blondelle mengetuk pintu kamar ayahnya.
“apakah ayah ada di kamar ?” blondelle menunggu jawaban, dan tak lama ada suara yang menjawab.
“ya litlly , ayah ada di kamar, masuklah” sergah ayah blondelle.
“apakah opera tadi seru ?” Tanya ayah.
“sangat seru, saying ayah tidak ikut ayah pasti akan kagum melihat opera tadi” jawab blondelle.
“ayah aku ingin menjadi ballerina, kata ibu aku akan diikutkan kursus ballet, bolehkah ?” Blondelle berkata
‘tentu, aku akan memanggil guru ballet ke rumah yang terbagus, untuk anakku tersayang ini.” Jawab ayah blondelle.
‘tapi di mana aku akan latihan ballet ?” Tanya blondelle lagi
“Kau lakukan di aula rumah saja” jawab ayah
“oh, baguslah kalau begitu, terima kasih ayah’ jawab blondelle.
Blondelle masuk ke kamarnya lalu mengambil buku tentang ballerina di mejanya, lalu dia membaca buku itu dengan sangat serius di pinggir jendela. Ia amat sangat antusias mempelajari tarian tersebut. Sampai akhirnya, ibu blondelle datang dan mengajaknya makan malam.
“anak ibu sedang apa?” Tanya ibu.
“hai, bu. Aku sedang membaca buku ballet ini” jawab blondelle.
“oh, begitu. Hmm..sekarang kau hentikan dulu membacanya, kita makan malam dulu. Ayahmu sudah menunggu di meja makan” ujar ibu.
“ok, bu. Aku menyusul sebentar lagi” kata blondelle.
Sampailah blondelle di ruang makan. Di meja sudah tersedia kentang panggang dan meatloaf kesukaannya. Blondelle makan dengan lahap malam itu. Lalu acara makan itu ditutup dengan pudding cokelat buatan ibu yang sangat nikmat.
Blondelle tidur cepat malam itu. Setelah makan dan membantu ibu mencuci piring, ia langsung bergegas ke kamar mandi untuk menyikat gigi dan mencuci kaki.
“bu, aku sangat mengantuk. Bolehkah aku tidur sekarang?” ujar blondelle.
“tentu saja, sayang. Tidurlah..” jawab ibu lembut.
“baiklah. Selamat tidur ibu. Selamat tidur, ayah” ujar blondelle
“selamat tidur, nak. Mimpi indah” sahut ayah.
Nona matahari mulai memancarkan sinarnya di arah timur. Tuan dan nyonya ayam pun sudah mulai berseru seperti lonceng besar yang membangunkan para penghuni kota cinta ini. Dan burung-burung kecil, choir terindah selangit dan bumi, awal sebuah alunan musik yang akan mendatangkan nada-nada lain pengisi hari.
“blondelle…” sahut ibu lembut
“……”
“blondelle, masih ingin berlatih balletkah hari ini?” Tanya ibu.
“ASTAGA BALLET!! DUH AKU KESIANGAN, YA TUHAN MANA GAUN DAN SEPATU BALLETKU???” teriak blondelle histeris.
“sayang, tenanglah. Ini masih jam tujuh pagi, sedangkan latihan dimulai pukul Sembilan. Masih lama, blondelle” ujar ibu menenangkan putrinya yang histeris setengah mati.
“oh, syukurlah kalau begitu. Aku kira hari sudah siang dan aku terlambat” kata blodelle terengah-engah.
“tentu tidak, sayang. Sekarang lebih baik kau bergegas ke kamar mandi. Ibu sedang menyiapkan roti panggang dengan keju cair untuk sarapanmu” perintah ibu.
“wow, roti hangat dengan keju cair. Yumm.. aku segera mandi dan segera menyantapnya. Lalalaa” seru blondelle.
Tepat pukul 08.30, blondelle sudah siap dengan terusan biru muda yang tak kalah cerahnya dengan langit biru diatas. Tak lupa ransel merah muda yang berisi gaun dan sepatu balletnya. Ya, ini adalah hari pertama blondelle berlatih ballet. Ia terlihat sangat bersemangat sepanjang perjalanan ke tempat les bersama sang ibu.

“selamat pagi anak-anakku yang cantik, kalian punya teman baru lho sekarang” ujar miss clara, sang instruktur ballet.
“oya, miss? Siapa teman baru kami?” Tanya jesselynne, si cerewet.
“sebentar ya, jessy sayang. Miss panggilkan dahulu. Blodelle, ayo masuk nak…” sahut miss clara.
“hai….” Sapa blondelle sembari tersipu-sipu.
“nah, sekarang perkenalkan namamu” perintah miss clara.
“namaku lora blondelle. Tapi kalian dapat memanggilku blodelle saja” ujar blondelle.
“wah, namamu cantik sekali” cetus si centil Agatha.
“aku suka rambutmu” ujar yvone si pemberani.
“terima kasih teman-teman. Senang berkenalan dengan kalian” sahut blondelle.
“ok, sesi perkenalan selesai. Sekarang mari kita pemanasan terlebih dahulu agar tubuh kita tidak terasa sakit saat berlatih nanti” ujar miss clara.

Seluruh anak-anak mematuhi apa yang diperintahkan oleh miss clara. Mereka mulai menggerakan kaki, tangan, badan, dan kepala mereka. Setelah itu, miss clara megatur mereka dalam beberapa barisan. Blondelle, Agatha, jesselynne dan rosemary berada di barisan paling depan. Sedangkan yvone, Stephanie, aloona, dan cherrie berada di barisan kedua.

“sekarang kita mulai dengan melatih kaki” kata miss clara.

Semuanya bersemangat, begitupun dengan blondelle. Tidak ada raut wajah lelah di dalam diri mereka. Dengan serius mereka mengangkat kaki mereka. Memutar badan dengan ujung kaki kecil mereka.

Beberapa minggu kemudian, miss clara mengumumkan bahwa ia dan murid-muridnya diundang untuk menjadi pemain dalam sebuah opera dalam rangka hari thanks giving. Lalu miss clara memutuskan untuk membuat pentas opera bertema si ibu jari thumbellina. Ia akan menguji murid-muridnya untuk mencari siapa yang pantas menjadi si ibu jari thumbellina.

“anak-anak hari ini kalian akan miss clara test ya” ujar miss clara
“apa miss? Test? Hari ini?” tanya Agatha histeris.
“iya, Agatha. Hari ini miss akan test kalian semua” jawab miss clara dengan lembut.
“memangnya untuk apa sih miss?” Tanya aloona dengan wajah tegang.
“untuk…….” Kata miss clara dengan wajah jahil.
“untuk apa miiiiisssss..??” Tanya Yvonne dengan wajah gemas.
“untuk menjadi thumbellina saat opera thanks giving bulan depan” jawab miss clara.
“we-o-we, pasti aku yang akan menjadi si ibu jari thumbellina.lalalaa” ujar Agatha.
“no no no, tentu bukan kamu, Agatha” sahut cherrie.
“iihh, pasti aku yang akan jadi thumbellina..!!!” teriak Agatha.
“sssttt…hei jangan berkelahi begini anak-anak. Sekarang lebih baik kalian berlatih. Miss akan kembali 30 menit lagi dan akan langsung menguji kalian” perintah miss clara.
“baik miss…” jawab anak-anak serempak.

Blondelle dan teman-temannya berlatih agar dapat menjadi yang terbaik. Mereka menggerakan tubuh mereka. Berputar dan melompat. Mereka bersemangat sekali.

“ok, anak-anak waktunya sudah habis. Sekarang duduk manis, nanti akan miss undi siapa yang akan maju ke depan” perintah miss clara.

Blondelle dan teman-temannya menurut. Mereka duduk dengan manis. Beberapa dari mereka terlihat tegang, bahkan si pemberani Yvonne pun hanya bisa mengucapkan doa.

“yang pertama adalah….cherrie” ujar miss clara.
Cherrie pun maju ke depan. Memperlihatkan gerakannya yang terbaik. Ia terus berputar dan melompat. Indah sekali.
Nama selanjutnya terus dipanggil. Aloona, Agatha, Yvonne, dan lainnya. Sampai saatnya tiba giliran blondelle. Ia mendapat giliran terakhir.Blondelle memberikan tarian terbaiknya. Ia sengaja memperlama durasi tariannya agar tidakterlihat nervous oleh miss clara dan teman-temannya. Ia terus bergerak, berputar-putar, meliuk, dan melompat. Seusai ia menari, semua memberikan tepuk tangan kepada blondelle.

Tiba saat pengumuman siapa yang akan menjadi si ibu jari thumbellina. Semua merasa deg-degan. Mereka semua ingin menjadi thumbellina. Tapi tetap saja aka nada yang terbaik yang pantas menjadi pemenangnya.
“setelah miss lihat, semuanya sudah bagus. Miss senang karena itu artinya miss berhasil mengajarkan kalian. Tapi, tetap aka nada yang terbaik dari yang baik. Dan kali ini yang akan menjadi si ibu jari thumbellina adalah……………..blondelle” ujar miss clara.
Dan semua member tepuk tangan serta ucapan selamat kepada blondelle. Tidak ada perasaan iri atau kesal karena blondelle telah mengalahkan mereka. Semua gembira, karena meskipun mereka tidak menjadi si ibu jari mereka tetap menjadi pemain dalam opera tersebut.

Blondelle pulang ke rumah dengan hati puas. Dengan bangga ia memberitahukan keberhasilannya kepada ayah dan ibunya.
“ayaaaahhh…” teriak blondelle.
“hei, anak ayah sudah pulang. Bagaimana balletmu? Lebih baik?” Tanya ayah.
“sangat baik, ayah. Tahu tidak, yah? Aku akan bermain opera bulan depan lho” cecar blondelle.
“wah wah.. anak ibu hebat sekali” ujar ibu.
“iya, hebat sekali kau, nak” tambah ayah.
“sudah pasti. Siapa dulu dong yah, lora blondelle” ujar blondelle bangga.
“nah, kalau sudah begitu kau harus rajin latihan, sayang. Jangan malas” kata ibu.
“tentu, ibu” jawab blondelle.

Blondelle dan teman-temannya terus berlatih dengan giat. Mereka latihan setiap hari sepulang sekolah. Dengan sungguh-sungguh mereka mempelajari gerak demi gerak. Dialog demi dialog. Dan lagu demi lagu.
Miss clara pun merasa bangga dengan kerja keras para muridnya. Mereka sama sekali tidak kenal kata lelah selama waktu latihan berlangsung. Mereka semua ingin membuat miss clara dan ayah-ibu mereka bangga akan mereka.

Waktu yang ditunggu-tunggu telah tiba. Inilah saatnya pentas. Blondelle dan teman-temannya sudah berkumpul digedung opera untuk latihan terakhir dan dressing. Mereka sangat sempurna. Blondelle diberi kostum yang sangat lucu. Dengan rok tutu hijau dan korset merah muda, ia terlihat seperti kelopak bunga yang hendak mekar.

Pertunjukkan dimulai. Semua naik ke atas panggung besar dengan tata lampu yang megah. Seluruh penonton dan undangan sudah duduk dengan rapi di deretan bangku panjang yang telah disediakan. Miss clara, blondelle, dan yang lainnya memulai dengan berdoa. Memejamkan mata, dan berpegangan tangan.
“ya Tuhan, semoga apa yang kami lakukan hari ini berjalan lancar dan baik seperti saat kami berlatih. Bahkan kami menginginkan pertunjukkan yang lebih baik dari kemarin. Tuhan, kami ingin membuatMu bangga. Begitu juga dengan ayah dan ibu kami. Bantu kami dengan tanganMu ya Tuhan. Amin” ujar miss clara.

Seluruh anak-anak bersiap. miss clara masih berdoa. Dan keluarlah Agatha, sebagai ibu thumbellina. Lalu Yvonne sebagai penyihir. Dan cherrie sebagai ibu peri.
Sampai akhirnya, keluarlah blondelle. Si ibu jari yang amat mungil. Rok tutunya bermekaran. Persis seperti bunga mawar yang cantik.
Pertunjukkan saat itu sangat meriah. Seluruh penonton. berdecak kagum. Semua senang dan bangga. Ini adalah pertunjukkan paling spektakuler sepanjang tahun. Semua orang kagum akan penampilannya dan mereka pun memberikan tepukan tangan yang meriah kepada blondelle.
“sayang, tadi kau cantik sekali” kata ibu.
“terimakasih ibu..” ujar blondelle sembari memeluk sang ibu. Seraya mengecup kening blondelle.
“kau hebat, nak.” kata ayah sambil menggendong blondelle.
“terimakasih ayah.” jawab blondelle.
“terima kasih untuk si ballerina kecil yang sudah berlatih keras dan membuat miss bangga. Aku bangga sekali padamu, blondelle.” sergah miss clara.
“sama-sama miss. Aku juga bangga padamu, karena kau sudah mengajariku selama ini.” ujar blondelle. “miss, jika nanti aku sudah menjadi wanita yang cantik dan dewasa aku ingin sekali menjadi seprti dirimu. Dan aku juga ingin membuka sekolah yang khusus mengajarkan ballet.”

“wah, itu adalah impian yang sangat indah sekali. Aku akan berdoa agar impianmu menjadi kenyataan.” Ujar miss clara seraya menahan haru. Tak terasa air matanya pun jatuh saking harunya.
Setelah itu pertunjukan pun sudah selesai. Acara pun di tutup dengan nyanyian yang sangat lembut. Semua penonton bergegas ke luar gedung pertunjukkan.
Blondelle pun pergi bergegegas pulang bersama miss clara dan kedua orang tuanya. Entah mengapa ia merasa begitu bahagia dan senang. Karena ia telah mempertunjukkan kemampuannya kepada semua orang.
Setelah blondelle sampai di rumahnya, dia teringat akan suatu hal. Bahwa ia ingin sekali memberikan sebuah hadiah yang istimewa kepada miss clara. Setelah ia berpikir cukup lama dan menghabiskan waktu yang banyak, akhirnya ia memutuskan utnuk memberikan sebuah album foto yang sangat indah yang di dalamnya berisi foto – foto blondelle bersama miss clara selama blondelle kursus ballet dan akhirnya menjadi seorang ballerina kecil yang telah mempertunjukan sebuah pentas yang begitu indah dan megah bersama miss clara.
Tak lama kemudian blondelle terlelap dalam tidurnya. Tak terasa burung-burung kecil pun berkicau dengan merdunya. Ternyata hari sudah pagi, dan blondelle pun terbangun. Dengan segera ia bergegas untuk mandi dan sarapan pagi. Dan dia tidak sabar untuk member hadiah yang telah dia sediakan untuk miss clara.
Seraya mengambil sepeda yang berada di gudang, ia segera pamit kepada ibu.
Dengan kecepatan penuh iya menyusuri jalan mouville dan berbelok ke arah gereja St. Bellie dan tak terasa ia telah sampai di rumah miss clara. Dengan terengah – engah ia memaksakan diri untuk memencet bel yang berada di dekat pintu masuk.
Tak ada suara. Hening! ‘sepertinya tidak ada orang di rumah. Bagaimana ini? Oh, Tuhan tolonglah aku. Semoga ada orang di rumah.’ batinnya.
Tiba – tiba redengar langkah kaki dan pintu pun terbuka. Senyum manis miss clara menghiasi pada saat ia membuka pintu.
“oh, blondelle. Ada perlu apa? Dan bungkusan apa yang kau bawa?” seru miss clara.
“ maaf aku telah mengganggu anda. Aku ke sini hanya ingin memberikan ini kepada anda.” Ucap blondelle.
Miss clara pun tersenyum dan memeluk blondelle dengan erat.






***** SELESAI *****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar